Diabetes Melitus (DM) menjadi salah satu masalah kesehatan yang berdampak pada
produktivitas. Penyakit ini dapat menurunkan potensi Sumber Daya Manusia di suatu negara. Penyakit ini tidak hanya berpengaruh secara individu, tetapi system kesehatan secara massal bahkan harus menjadi perhatian kesehatan suatu Negara.
Penyakit diabetes melitus merupakan salah satu penyakit yang sulit untuk disembuhkan secara total dan juga merupakan salah satu penyakit degeneratif, dimana terjadi gangguan metabolisme
karbohidrat, protein dan lemak serta ditandai dengan tingginya kadar gula dalam darah
(hiperglikemia) dan dalam urin (glukosuria).
Namun hingga saat ini upaya penganggulangan penyakit diabetes melitus dalam pelayanan kesehatan masih belum menempati skala prioritas utama, walaupun telah diketahui cukup besarnya dampak "negatif" yang ditimbulkan oleh penyakit ini, antara lain hipertensi, otak, komplikasi kronik pada penyakit jantung kronis, hati, mata, system saraf dan ginjal.
Tujuan pengobatan diabetes pada dasarnya adalah mengontrol glikemi atau gula darah
hingga mencapai kadar gula yang mendekati normal (kadar gula darah orang sehat). Namun,
di tengah pengobatan ini harus dicegah terjadinya hipoglikemi atau kadar gula darah yang
terlalu rendah. Bila tujuan tersebut tidak dicapai maka penderita diabetes akan merasa lebih
sehat dan menikmati kualitas hidup yang lebih baik. Selain itu, timbulnya komplikasi yang
serius dan mengancam jiwa penderita dapat dicegah.
Pengobatan diabetes harus dikelola melalui beberapa tahapan
yang paling terkait. Pengelolaan diabetes ini meliputi edukasi, perencanaan makan, latihan
jasmani, dan penggunaan obat-obatan, baik oral maupun insulin.
Terapi insulin wajib
diberikan pada penderita diabetes melitus tipe I. pada penderita diabetes melitus tipe II, sekitar 40 persenya juga harus
menjalani terapi insulin. Tes gula darah dapat secara efektif menentukan jumlah insulin yang
dibutuhkansetiap harinya.
Terapi insulin yang dianjurkan adalah saat pagi hari sebelum
sarapan, dua jam setelah makan, dan malam hari sebelum tidur. Selain itu, diperlukan pula
pengukuran pada saat tertentu, misalnya pengukuran yang lebih ketat jika terjadi hipoglikemi,
saat sebelum olah raga, dan pada kehamilan. Pengobatan diabetes bisa dikatakan berhasil jika
glukosa darah puasa adalah 80 sampai 109 mg/dl, kadar glukosa darah dua jam adalah 80
sampai 144 mg/dl, dan kadar HB A1c kurang dari tujuh persen.pengukuran hemoglobin (Hb)
terglikosilasi HBA1c (A1c) adalah cara yang paling akurat untuk menentukan tingkat
ketinggian gula darah selama dua sampai tiga bulan terakhir.
Hemoglobin adalah bagian dari sel darah merah yang mengangkut oksigen. Salah satu
jenis dari Hb adalah HbA dan HbA1c merupakan subtype spesifik dari HbA. Semakin tinggi kadar glukosa darah, akan semakin cepat HbA1c terbentuk, yang
mengakibatkan tingginya kadar HbA1c. HbA1c ini juga merupakan pemeriksaan tunggal
terbaik untuk menilai risiko terhadap kerusakan jaringan yang disebabkan oleh tingginya
kadar gula darah. Contohnya, pada saraf dan pembuluh darah kecil di mata dan ginjal. Selain
itu, juga bisa menilai risiko terhadap komplikasi penyakit diabetes.
Semoga informasi ini bermanfaat untuk kita semua dan semoga kita terbebas dari penyakit diabetes melitusini.
No comments:
Post a Comment